1. Masa Perintisan
tahun 1954 Pastor Neilen di
Belitang . Beliau tinggal di Gumawang dan sekaligus menjadi pastor tetap untuk
pertama kalinya bagi daerah Belitang,tahun-tahun sebelumnya pastor yang datang
ke Belitang sifatnya lebih aksidental .Rm. nailen
mendapat simpati dari umat di Kumpulrejo dan Sidomakmur (BK X) . Tahun 1954 pusat pemerintahan yang
selalu ada di sekitar Sidomulyo dan sidodadi di pindahkan ke Gumawang . pada
natal 1954 Rm . Nailen membaptis
sebanyak 37 orang I Mojosari . Dari antara orang-orang yang dibaptis tersebut
berasal dari daerah Tegal rejo , Karang binangun dan Tumpang rejo .
Pada tahun 1954 ini
perkembangan umat cukup lumayan . banyak umat dari sidomakmur ingin menjadi
katolik , Neilen mengusahakan pembangunan kapel sendiri di sidomakmur . bulan
maret 1955 kapel di sidomakmur sudah selesai dibangun , maka umat tidak harus
pergi ke Mojosari untuk ke gereja . pada
tanggal 25 mei 1955 Mgr. makkellholt
datang untuk kedua kalinya ke Belitang dan menerimakan sakramen krisma kepada
100 orang .
Perkembangan Gumawang sebagai
pusat daerah Belitang tak lepas dari perhatian Rm. Neilen . Beliau mendirikan
/merencanakan pembangunan sekolah .
tahun 1955 beliau membangun dua ruang kelas seharga Rp 15.000.
Pada saat itu juga Rm .
Neilen telah mengadakan perundingan dengan para suster Fransiskan Pringsewu
untuk datang ke Belitang , tetapi mereka tidak dapat memenuhi permintaan Rm.
Neilen karena mereka berada di bawah Prefek Apostolik Tanjung Karang . Setelah
itu Rm . Neilen mencoba menghubungi suster-suster Charitas untuk datang ke
Belitang . Ajakan Rm .Neilen tersebut di tanggapi oleh para suster . Pada tahun
1955 ini Rm . memutuskan untuk segera
membangun kompleks Rs Charitas dan pastoran Gumawang . Tanggal 22 Febuari 1956
pembangunan Charitas di mulai bersamaan dengan pembangunan pastoran . Izin dari
Lurah Tegalrejo turun pada tanggal 28 Mei 1956 . Tanggal 15 Agustus 1956 Rm .
Neilen di haruskan untuk cuti oleh Uskup . sebagai pengganti Rm . Neilen di
tunjuklah Rm . Bellemakers . Tanggal 26 september 1956 pusat Gereja berpindah ke
Gumawang.
2. Masa Ramo
Bellemakers SCJ
Rm. Bellemakers memulai
karyanya di Gumawang pada tahun 1956. Karena mempunyai kapel maka pendopo
befungsi sebagai kapel setiap hari Minggu sampai tahun 1958. Romo waktu itu
sangat terbantu oleh Bapak Fx Marthodiharjo yang begitu akrab dan aktif
dalam karya pastoral. Pada saat itu muncul juga Bapak Wiryosuparto yang
merupakan tokoh jema’at yang memulai karyanya dengan mendirikan Legio Maria
(kebanyakan adalah para guru agama dan bersama dengan Rm. Bellemakers membuka
daerah-daerah baru ) .
Pada hari raya paska 1957
beberapa orang dari Tulusayu di permandikan. dalam tahun ini ada beberapa
seminaris. Daerah baru yang di rintis pada tahun ini yakni sidowaluyo oleh
Bapak Samikun.
Pada tahun 1958 pembangunan
gedung gereja di Gumawang di mulai. Surat permohonan gereja tersebut tertanggal
20 Februari 1958 dan izin dari pihak pezirah Marga Belitang tertanggal 11 maret
1958 . Gereja tersebut di berkati oleh Mgr. Mekkelholt pada tanggal 22 agustus 1958 dan gereja tesebut di persembahkan
kepada Immaculata cordis santae Mariae ( santo Maria Tak Bernoda ) bersamaan
dengan itu diterimakan sakramen penguatan untuk 98 umat . Pendopo yang lalu
dipakai sebagai tempat berjamaat di jadikan asrama bagi para guru , antara lain
: Bp Rasiman Bp. walyono , Bp. sukirman ( sekarang = Rm . Harimurtono SCJ ).
Tahun 1959 situasi agak stabil
dan umat mengalami perkembangan . Legio maria mempunyai anggota sebanyak 75 orang . Mereka ini sangat
membantu karya pastoral pastor, terutama dalam kunjungan umat dan pengajaran
agama karena kebanyakan dari mereka
adalah guru-guru agama katolik . Jumlah umat pada tanggal 1 juli 1959 tercatat
sebanyak 750 orag .
Tanggal 31 maret 1960 turun
izin dari pezirah Marga
Hasan untuk memperbesar Gereja mengingat jumlah umat semakin bertambah . Di samping
Gereja didirikan sebuah kapel permandian dalam bentuk menara kecil yang di
lengkapi dengan sebuah lonceng . Pada hari raya Natal di permandikan beberapa orang dari
Tumpangrejo dan tegalrejo . pada waktu atau
masa ini Bp. Suparto bertugas di karang
Binangun , Tegalrejo , Sidomakmur , Sidowaluyo , Ganti Warno & beberapa
daerah di BK IX . Pada masa ini berkembang pula karya-karya sosial dan politik
. Tahun ini partai katolik berdiri dengan anggota sebanyak 250 orang ; berdiri
pula PGK dengan anggotanya sebanyak 2 orang .
Tahun 1961 Gereja Gumawang dikunjungi oleh Mgr . JH
. Soudant SCJ sembari menerimakan sakramen krisma untuk 184 orang . Orang yang aktif memberikan bantuan tenaga kepada Pastor
Bellemakers yakni : Bp. Wiryo suparto , Bp. m.Sugino
dan Bp . Supajoyo ( dari Mojosari
sebagai katekis ).
Wiilayah Gerejawi
Gumawang meluas ke daerah Karangsari ,
Sumbersari , dan harjowinangun serta daerah Margorejo dan Petanggan BK XVI . Tahun
ini pula umat di Karang Binangun semakin bertambah dan berniat membangun sebuah
kapel sendiri secara bergotong-royong dan bantuan dari romo ; kapel tersebut di
pergunakan pula untuk umat dari wilayah
Sidowaluyo.
Tahun 1962 , Gereja Gumawang
meluas sayapnya ke arah timur , maka muncul daerah Kutosari ( Bp. Notosentono )
dan searah nusa tunggal ( dirintis oleh Bp. Sukindro- Lurah )
Tahun 1962 , umat Belitang
menyambut pastor baru , Pastor P.Y.
Abdullah Hassan SCJ.
Bulan Maret 1963 Rm .
Bellemakers SCJ pulang dari negeri belanda . akhir tahun 1963 gereja karang binangun selesai di bangun .
Bulan Agustus 1964 Mgr .
Soudant memberikan sakramen krisma di daerah Karang Binangun dan Gumawang serta
daerah sembungan Mojo sari dan
daerah Rowobening .
Bulan November 1964 datanglah
Rm. Yotes untuk membantu karya pastoral Rm . Bellemakers dan Fr . Suripto yang
mengadakan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) . Meskipun suhu politik memanas dan
suasana di daerah Gumawang dan sekitarnya tegang ( G 30 S / PKI )Rm .
Bellemakers tetap menjalankan karya pastoral seperti biasanya . Ia mengharapkan agar umatnya memiliki
keyakinan yang teguh dan tidak teracuni oleh ulah komunis .
Pemberontakan G 30 S / PKI
membawa kegoncangan dalam Negara Indonesia . Hal tersebut juga menyangkut soal
kehidupan beragama . Saat itu orang harus menentukan pilihan untuk memeluk agama yang mana . jika tidak memeluk
salah satu agama mereka di katagorikan
sebagai orang komunis . Situasi seperti ini di pahami benar oleh Rm . Bellemakers , maka gereja harus mengambil sikap .
Rm. Bellemakers meengambil
keputusan untuk memperkuat barisan Gereja , terutama para guru agama dalam
membina umat dan para katekumen . Untuk itu para guru dan anggota Legio di
libatkan secara penuh . Mereka yang aktip dalam membantu para pastoral romo
waktu atau masa G. 30 S/ PKI yakni : P. Slamet , P.Kastam dan Sumardi ( waktu
itu masih magang ) berkarya di Nusa Tunggal dan Nusa Jaya ,Nusa Tenggara , Nusa
Maju : Bp. Supodo dan Bp. Rasiman di Tegal Sari dan Tanjung Kemuning . Tahun 1966 untuk seluruh
Belitang ada 2.499 orang yang dipermandikan , termasuk orang-orang dari Nusa
Tunggal dan Margo Mulyo.
Bulan juni 1966 muncul daerah baru , yakni : Tegal
Sari yang meliputi Karang nongko dan Tanjung Kemuning .Tahun ini pula gereja Sidowaluyo ,Tanjung Beringin ( tegalsari ) dan Nusa Tunggal mulai
mengusahakan tanah untuk mendirikan bangunan gereja . Pada saat ini memang ada
harapan bahwa umat akan berkembang , terutama di daerah Nusa Maju , Margomulyo
,Nusa Jaya dan Taraman .
3. Masa Romo Christianus Kalvenbang SCJ
Sebelum masa Rm . Kalvenbang ( menjadi pastor paroki Gumawang ) ada beberapa
peristiwa penting berkaitan dengan kehidupan menggereja di Belitang :
Ø
Rm
. Kalvenbang SCJ mengambil alih tugas Rm . van koom SCJ di mojosari ; sedangkan Rm . van koom
sendiri pindah ke Bangunsari dan dengan demikian Bangunsari di pisahkan dari
Gumawang ( menjadi paroki sendiri ).
Ø
Bulan
April 1970 Mojo Sari menjadi paroki tersendiri dengan romo paroki nya yakni
Rm.Adreas Lukasik scj
Ø
Pada
awal 1971 wilayah BK XIV sampai dengan BK XX menjadi paroki sendiri dengan romo
parokinya yaitu Rm. Van Lierap SCJ.
Pada awal 1972 situasi di
Belitang , dan khususnya di Gumawang sedikit lain , perkembangan umat menurun
bila di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
. Meskipun demikian ada daerah baru yang di buka / di rintis , yakni
daerah Karangsari BK XI dan Lebung Tanah
Merah . Para katekis yang aktif : Bp Wiryosuparto , Bp.M. Sugino , Bp Sumardi
,dan Bp Harjotoruno di Nusa Jaya . Para legioner sedikitnya mengalami hambatan dan kurang
efektif karena peraturan yang ada . Pada masa Rm . Kalvenbang ini administrasi
mulai di kelola sedemikan rupa ( kartu keluarga sudah ada di susun ) .
Pada akhir tahun 1972 , 400
orang transmigran di Way Hitam II ( margo Mulyo ) meninggal akibat situasi yang
sungguh membuat para transmigran menderita . Kenyataan ini mendorong umat
katolik di Gumawang untuk menjawab masalah-masalah atau tanda-tanda jaman. Oleh
karena itu karya sosial mulai di giatkan . Bp Wahadi mulai mengorganisir dan
mengarahkan kegiatan sosial tersebut . jaman ini terkenal dengan sebutan ’Jaman
Bulgur ’ Kegiatan sosial ini pada mulanya berjalan dengan baik . Dalam
perkembangannya perkembangan tersebut ada sekelompok orang yang
mengatakan bahwa kegiatan itu di
katakan sebagai usaha kristenisasi . Kendati demikian sebenarnya para
transmigran tidak tahu dari mana asal bulgur tersebut karena kegiatan yang
bersifat sosial tersebut tidak pernah pakai bendera Katolik.
Pada jaman Rm . Kalvenbang
ini Katekese berkembang dengan baik . Beberapa ibu-ibu yang tergabung dalam
kelompok Legio Mariae merintis suatu pendekatan atau pendampingan bagi calon
penggantin .Pendampingan inilah cikal-bakal munculnya KUPERPER ( kursus
persiapan perkawinan ) yang dalam tahun-tahun diselenggarakan sebanyak 3 kali
dalam setahun ( se-Dekanat BELITUGUBATU ) Kegiatan katekase lainnya yang ada
lainnya yakni : mendalami peristiwa kesengsaraan Tuhan dengan mempergunakan
proyektor . Pada akhir tahun biasanya diadakan kursus liturgi oleh team katekese
untuk para pemuka jemaat dan ketua-ketua wilayah atau kring-kring.
Tahun 1973 daerah Talang
Lingker (pandansari)mendapat perhatian yang lumayan . Bp Margono di tempatkan
disana sebagai guru . di daerah
ini dibeli pula tanah untuk mendirikan
kapel Pandansari.
Setelah situasinya normal
dimulailah suatu penataan baru dalam hal-hal berkenaan dengan keparokian .
Wilayah-wilayah di bagi menjadi 34 kring .
Tiap-tiap kring dilayani oleh
3 orang ; mereka bertugas dalam hal administrasi , doa-doa lingkungan . Untuk
memberi bekal kepada mereka setiap tahun
di adakan penataran dan atau
pembekalan bagi ketua kring.
Berkaitan dengan pembangunan
Gereja dalam arti fisik , tangal 24 febuari 1974 di mulailah pembangunan
pastoran yang baru mengingat pastoran yang dibuat dalam masa Rm . Bellemakers
sudah rapuh ; untuk sementara pasturan pindah ke pendopo.
Bulan maret 1974 ada 17
keluarga di Pujorahayu yang ingin menjadi Katolik . Oleh karena itu Bp Wiryo
suparto di utus ke derah tersebut untuk
memberikan pengajaran agama . Dalam masa Rm . Kalvenbang ini pula di
mulai juga kegiatan APP dengan cara
bekerja bergotong-royong dan hasilnya sebagai APP .
Menurut statistik pada bulan
Nofember 1974 , umat poroki Gumawang berjumlah 4.057 orang . Masalah yang rumit
dan sering dialami oleh pastor yakni berkaitan dengan perkawinan yang tidak
baik / campur aduk .Pada masa itu para romo di tuduh pula sebagai pelindung para Tapol ( tahanan politik ).
Tahun 1977 , pelayanan
katekese di lakukan oleh : Bp M. Sugino , Bp Sumardi , Bp sudarmadi , bp walyono (karang binangun ) dan bp
sodikin ( harjo mulyo ) . Jumlah umat 4.600 orang dan terbagi dalam 33
kring dengan 57 tempat pelajaran agama . Pada saat itu beberapa poliklinik
suster di ambil alih oeh pemerintah . Tahun ini pula ada tahbisan imam, yakni
Fr. hor siwiranto SCJ dan Fr . Budi winoto SCJ , tepatnya tanggal 21 April 1977.
Pada bulan September 1977 keadaan para katekis di belitang mengalami perubahan . Bp Pujosemedi dari gumawang pindah ke tegalsari , Bp.v. suyono dari paroki
Bangunsari pindah ke Gumawang , Bp Purwosaputro juga menjadi katekis untuk
parroki Gumawang . Paroki Gumawang akhirnya membangun sebuah Gereja baru (
dengan perizinan sementara ) pada bulan Nopember 1977 . Situasi penggembalaan
umat tidak banyak mengalami perubahan , maka pelayanan pastoral pun semakin
mapan.
Statistik tahun itu
menyatakan : jumlah umat sebanyak 4.600 orang . umat yang teratur pergi ke
gereja sekitar 60 % , yang kurang teratur sekitar 20 % , selebihnya ( sekitar
20 % ) hampir hilang ( umumnya karena soal atau masalah perkawinan ) . Tempat
untuk merayakan ekaristi ada 10 tempat . Pada waktu itu banyak umat yang pindah
ke Lampung ataupun daerah tegalsari
karena tanah yang mereka tempati tidak banyak memberikan harapan akan
kesejahteraan . Kegiatan para suster di bidang kesehatan pun mengalami
kemunduran karena banyak poliklinik yang di ambil alih oleh pemerintah .
Tahun 1978 pembangunan gereja
baru dalam tahap penyelesaian . Pada perayaan Pentakosta 14 Mei 1978 , batu
altar dari gereja yang lama dipindahkan ke bangunan gereja yang baru . Pada
awal Mei 1978 Rm .Kolvenbang SCJ mengalami kecelakaan ( mobil menabrak anak dan
meninggal,Bp Thomas harus masuk tahanan selama 17 hari ).
Setelah bangunan gereja yang
baru selesai , bangunan gereja yang lama di bakar dan kayu-kayunya di
pergunakan untuk membangun gereja di daerah atau stasi nusa tunggal (agustus 1978-1979) dengan suadaya umat dan
bantuan dari beberapa donatur.
Pada akhir 1980 Rm.
Kalvenbang SCJ mendapat tugas baru , yakni : di
seminari St , Paulus palembang . Dengan demikian selesailah karya beliau di Daerah
Belitang dan khususnya di paroki St .Maria tak
bernoda Gumawang.
4 . Masa Pastor
A.J Bontje SCJ (1979-1991 )
secara
garis besar pada masa Rm . Bontje menjabat sebagai pastor paroki dapat kami
rumuskan sebagai berikut :
Prioritas
pelayanan : Pelayanan dibidang liturgi oleh Kominasi Katekese bidang kitab suci
; banyak
terjun dan praktek ke lapangan / wilayah
Dewan
paroki : Gabungan , terdiri dari beberapa orang yang di percaya
sebagai koordinator , yakni Bp Bernarto , Bp maryono
, dan Bp Maryoto.
Romo Bontje dikenal sebagai romo yang banyak membantu
anak-anak untuk sekolah terutama
adalah di SPG
Xaverius pada waktu itu.
Pada waktu Romo Bontje
kembali ke Negeri Belanda , kekosongan di atasi dengan datangnya Pastor A.
Madya Sriyanto , SCJ ( sementara )
5 . Masa Pastor G . Marwoto , SCJ ( 1991- 1995 )
secara garisbesar , program
yang di laksanan pada waktu Romo G. Marwoto menjadi pastor paroki sebagai
berikut :
Prioritas
pelayanan : mencanangkan ide paroki mandiri ; Visi gereja
mandiri disosialisasikan ke
stasi-stasi atau wilayah-wilayah .
Prioritas
Mandiri :
- Dana ( swadaya )
-
Sukarelawan-sukarelawati
( untuk pelayanan pastoral )
-
Mengkoordinir
kelompok-kelompok kotegorial
Katekese
:
-
Pendewasaan
iman umat
-
Mencari
,membekali dan membuat trampil para katekis akar rumput
Kesaksian
:
Mencari kader-kader sosial
politik dengan cara kaderisasi para tokoh / pamong .
Waktu itu
pastor G. Marwoto dibantu oleh Pastor Agung Pr. Frater yang menjalani TOP yakni
Fr . Purwanto , SCJ .Karena Rm. Agung di pindah ke tempat lain , maka Rm .
Marwoto di bantu oleh Rm .Kristianto./ Pr.
Dewan
Paroki :
Bp .H. Maryoto dan Bp. P. Suwarjo
.
Tahun 1994 umat Poroki
Gumawang merayakan pesta 40 tahun Gereja
Paroki St .Maria Tak Bernoda Gumawang .
6
. Masa Pastor Ambar Dwi Handono , SCJ( 1995-1996 )
pada masa pastor Ambar Dwi Handono
menjadi romo paroki , karena pastor kristianto Pr pindah tugas ke Bangunsari (
BK III ) , Maka datanglah Pastor Aegidius Warsito , SCJ. Ke Gumawang sebagai
pastor pembantu . yang bertindak sebagai dewan paroki yakni : Bp .P. Suwarjo , dan Bp. Y.Sudiyono.
mengenai prioritas pelayanan
melanjutkan program atau pelayanan dari pastor sebelumnya . Pada masa Romo
Ambar menjadi pastor paroki , balai paroki mulai di bangun ( namun belum
selesai ).
7. Masa Pastor Thomas Bhakti Dwi Prabowo
,SCJ ( 1996 – 2001
)
pada masa Rm.
Bhakti menjadi pastor paroki pada mulanya ia di bantu oleh pastor Aegidius warjito
.SCJ, Namun tak lama kemudian ( karena alasan yang sangat logis ) pastor
Aegidius Warjito di pindah tugaskan ke Paroki St . Yohanes Bengkulu . sebagai
pengganti pastor Aegidius Warjito , SCJ. Datanglah pastor FX .Priyo Widarto .
SCJ .
Mengenai prioritas pelayanan
dapat dikatakan sama dan merata , meliputi semua aspek / bidang-bidang pastoral
parokial maupun kategorial yang perrlu di catat dalam hal ini yakni : bahwa
semua bidang pelayanan yang dilakukan atau di laksanakan / diprogramkan kelihatan
mulai teratur dan berjalan dengan baik , kendati masih ada atau ditemukan
adanya kejanggalan atau kebijakan yang terasa membebani semua pihak.
Selain pelayanan yang
bersifat rohani, perbaikan-perbaikan atau pembaharuan dan atau pembangunan fisik
mulai kelihatan hasilnya, antara lain kapel-kapel di wilayah Pandansari dan
Jayamulya. Lingkungan sekitar pastoran juga mulai diperindah penampilannya.
Adapun yang menjadi dewan
paroki yakni :
a. Bpk. P. Suwarjo dan
wakilnya Bpk. Y. Sudiyoono (1995-1998)
b. Bpk. P. Hartanto dan
wakilnya Bpk. Djoko Dwi Purnomo (1998-2001)
Pada
masa penggembalaan pastor Bhakti, gebrakan demi gebrakan dilakukan oleh pastor
Bhakti. Lingkungan pasturan mulai diperindah, yaitu dengan membangun pagar
gereja. Kegiatan menggereja sangat mendapat prioritas yaitu memekarkan stasi
dengan menjadi beberapa kring (lingkungan ). Berkaitan dengan kemandirian umat,
kemandirian gereja, mulai bersosialisasi baik lewat kotbah dalam misa maupun
rapat dewan harian dan dewan inti. Masalah yang diatasi antara lain : berkaitan
dengan kolekte yang waktu itu masih maraknya umat katolik dengan uang merah
(Rp. 100,-). Pastor Bhakti menandaskan sudah tidak jamannya lagi umat menderma
kepada Tuhan dengan uang Rp. 100,-. Dan ternyata membawa dampak yang positif.
Kolekte yang semula berkisar Rp. 80.000 – Rp. 100.000, melonjak tajam menjadi
Rp. 180.000 – Rp. 250.000. untuk sekali misa kudus.
-
Gebrakan kedua yang dilakukan oleh pastor Bhakti adalah munculnya kartu
persembahan. Tujuannya menyadarkan umat menuju gereja yang mandiri swadana. Hal
yang sangat dirasakan umat, dengan semangat tahbisannya membawa sifat umat
menjadi mandiri. Kartu persembahan di buka setiap 3 tahun sekali yang dirasakan
umat.
-
Gebrakan ketiga. Pastor Bhakti tergerak hatinya untuk menampung PR yang
ditinggalkan oleh mantan Pastor Ambar, yaitu merampungkan bangunan Balai
Paroki. Berbagai cara ditempuh oleh Pastor Bhakti agar Balai Paroki bisa
selesai dibangun. Balai Paroki bisa selesai dengan baik, berkat kerja sama yang
baik seluruh umat, dibantu oleh para dewan pastoral waktu itu yang dikendalikan
oleh Bapak P. Suwarjo dan Bapak Sudiyono. Kemudian dilanjutkan dengan dewan
pastoral yang baru yaitu ketua P. Hartanto, wakil Bpk. Joko Dwi P.
-
pada tahun 2001 Pastor Bhakti harus meninggalkan Belitang jauh dipindah
tugaskan ke Jambi. Selamat jalan pastor tercinta, tugas baru telah menunggu
Pastor yang dikenal sebagai pastor yang selalu dekat dengan jemaatnya. Semoga
pastor cepat krasan dan jangan lupa jemaat di Belitang.
8. Masa Pastor Joseph K. SCJ. (2001 – s.d 2007)
kebijakan
yang dilakukan oleh pastor yoseph, meneruskan apa yang sudah pernah dibuat oleh
Pastor Bhakti. Pada masa kepemimpinan Pastor Yoseph dibantu oleh Pastor
B.Mulyono SCJ. Yang berkarya di Paroki St. Maria Tak Bernoda mulai bulan
November 2002 s.d. Juni 2005. Selama bertugas di Belitang dikenal sebagai
gembala yang ramah, supel dan cerdas. Beliau berpenampilan sangat sederhana dan
sangat rendah hati. Namun karena penampilannya yang rendah hati inilah beliau
oleh atasannya dikirim untuk mendampingi para novis di Gisting. Selain pastor
B.Mulyono juga hadir bersama umat Pastor F.Poling SCJ. Yang berkarya di
Belitang mulai Januari 2002 s.d. Mei 2005. pastor yang satu ini dikenal sebagai
pastor / imam muda yang sangat dekat dengan kaula muda, dan pastor yang satu
ini dikenal sangat lugu dan berpenampilan sangat sederhana, tetapi sangat
bersahaja. Beliau tidak lama bersama umat di Belitang, karena Paroki St.Yohanes
Bengkulu membutuhkan kehadirannya. Selamat jalan romo semoga krasan di tempat
tugas yang baru, yang tidak kalah penting dicatat oleh sejarah bahwa di paroki
St. Maria Tak Bernoda pernah hadir pastor yang sangat pandai, ganteng dan
pintar berkhotbah. Beliau adalah pastor Windiarto SCJ. Yang bertugas di paroki
ini mulai bulan Juli 2005 s.d. Januari 2006, kemudian beliau oleh provinsialnya
dipindahkan ke keuskupan Timika, untuk mengemban tugas baru sebagai pastor di
Timika..
Pada
masa kepemimpinan pastor Yoseph K. banyak kegiatan pastoral yang dilakukannya
yaitu pemekaran stasi pasik dan dibangun kapel yang sangat baik, di stasi pasik
dengan pelindung St. Fransiskus Asisi, selain itu dibangun kapel lingkungan St.
Lukas Lebung. Juga dibangun stasi kampung baru yang tidak kalah penting di
kompleks pasturan dibangun kamar para pastor, koster dan dapur umum. Karena
beliau bekerja sendirian maka mulai April 2006 pastor Yoseph ditemani oleh
pastor Titus SCJ. Pastor yang dikenal dekat dengan umat dan khotbah-khotbahnya
banyak menyentuh umat. Pastor Yoseph juga dibantu oleh Dewan Pastoral tahun
2001 – 2004 dengan ketua Bapak Drs. HM. Maryono serta didampingi oleh Bapak P.
Hartanto. Program Dewan Pastoral ini menjual aset paroki yang berupa sapi
gaduhan, alasannya sapi tidak berkembang, tetapi modal berkurang. Kemudian
dilanjutkan oleh Dewan Pastoral masa bakti 2004 – s.d 2007 dibawah kepemimpinan
bapak P. Hartanto didampingi oleh Ig. Pratikto. Program-programnya mengacu pada
paroki yang mandiri. Selain itu mewujudkan pesta emas paroki St. Maria Tak Bernoda.
9. Masa Rm Felix Astono SCJ ( 2007 – 2012 )
Pada masa ini Arah Dasar
Paroki mulai diarahkan sesuai dengan hasil sinode Keuskupan Agung Palembang.
Paroki telah menetapkan visi dan Misi yang mengacu pada Visi dan Misi
Keuskupan. DPP mengadakan sosialisasi terhadap visi dan Misi Paroki ke
stasi-stasi. Kehadiran Rm.Joko Susilo SCJ. Sangat membantu terutama pastoral
bagi kaum muda/ OMK. Ditambah juga Rm. Suryo Widyohening, SCJ. Yang sangat
intens mendampingi KAR ( Katekis Akar Rumput ). Romo Januari Romo Joko Susilo
SCJ meninggalkan Belitang dan mendapat tugas yang Baru di Gisting. Dan sebagai
pengantinya adalah Rm. Petrus Suharjono, SCJ yang sebeumnya bertugas di Gisting
( tukar tempat dgn Rm Joko Susillo ). Tdk lama kemudian Rm. Suryo Widyohening
SCJ dipindah tugas di Lampung ( di Tulang Bawang ) sebagai penggantinya adalah
Rm. Alb. Suryadi SCJ. Khadiran Romo Yadi membangkitkan kembalu gairah kaum muda
Paroki.
Tanggal 5 Maret 2011 Bapa
Uskup mengadakan pertemuan dengan DPP memperkenalkan kehadiran Rm. Stefanus
Endro Karyanto SCJ yang akan menggantikan Rm. Felix. Astono SCJ.
Sebelumnya Rm. Stefanus
Endro karyanto, SCJ bertugas di Jakarta dan Romo Felis Astono Atmojo SCJ
bertugas di Keuskupan yang kemudian diangkat menjadi Vikjen Keuskupan Agung
Palembang.
30 Juni – 3 Juli 2011 diadakan
Porseni OMK Dekenat II dan Paroki St. Maria Tak Bernoda menjadi tuan rumah.
Mengacu pada Pedoman Pastoral Paroki, maka diadakan
pemekaran stasi dan lingkungan antara lain lingkungan Markus yang merupakan
pemekaran dari lingkungan Mikael Tulus ayu, Lingkungan Robertus sebagai pemekaran dari lingkungan Thomas.
Pada masa ini Peran serta
umat dalam pelayanan mendapat perhatian khusus, sehingga dibentuklah
prodiakon-prodiakon disetiap stasi. Pada masa ini yang menjadi Ketua Dewan
Pastoral adalah Bp. H. Wardaya dan sebagai wakil ketua adalah Bp. P. Hartanto
hasil pemilihan untuk periode 2010 -2013
10. Rm. Stefanus Endro Karyanto, SCJ ( 2011 - 2013 )
Kehadiran Romo Stefanus
Endro Karyanto SCJ sebagai Pastor Paroki terbilang singkat. Pastor Endro
Karyanto menekankan pada kemandirian tenaga, sarana dan prasrana. Maka Romo
Endro sangat menekankan bahwa setiap stasi harus punya peralatan misa sendiri.
11. Rm. Paulus Sarmono SCJ ( 2013 – sekarang )
Bulan Januari 2013 Romo
Paulus Sarmono secara resmi menggantikan Rm. Stefanus Endro Karyanto sebagai
Pastor Paroki. Kehadiran Romo Paulus Sarmono memberi harapan baru bagi umat
Paroki St. Maria Tak Bernoda . Sebelumnya Pastor paulus Sarmono bertugas di Paroki
St. Stefanus Bidara China jatinegara.
Romo Paulus Sarmono dibantu oleh 2 romo yaitu. Rm.Petrus Suharjono SCJ dan
Rm. Alb. Suryadi.
Tak lama kemudian Rm. Alb Suryadi mendapat tugas baru dan meninggalkan
Belitang, serta disusul oleh Romo. P. Suharjono juga mendapat tugas baru dan
meninggalkan Belitang. Maka untuk beberapa saat di Paroki St. Maria Tak benoda
hanya dilyani oleh Romo Paulus
Pada Tahun ini diadakan
pemilihan Pengurus DPP dan yang terpilih sebagai Ketua DPP adalah Bp. B. Andang
Prihanto, Wakil Ketua Bapak. Paulus Sumarno, Sekretaris Bp. Stefanus Aryanto
dan Bendahara Bapak. Pirmanto.
Pastor Paulus Sarmono
memiliki semangat berkebun dan pembangunan yang kuat. Hal ni telah ditunjukkan
dengan pemberdayaan dan rehab gedung Balai Paroki, Pastoran, toko Rohani Paroki
dan pengolahan kebun serta Pembuatan pupuk Organik. Pastor Paulus Sarmono
menaruh perhatian besar terhadap pemberdayaan ekonomi umat.
Tanggal 8 Maret 2013
dimulailah renovasi gedung Pastoran dan selesai pada bulan Juli 2013.
Tanggal 14 April 2013
diadakan perayaan syukur 90 th Prefektur Apostolik Bengkulu, 40 Tahun Imamat
Uskup Agung Al. Sudarso SCJ dan 10 tahun Keuskupan Agung Palembang. Diikuti
oleh seluruh umat dari 5 paroki yaitu; paroki Mojosari, Bangunsari, Tegalsari,
Tugumulyo OKI dan St. Maria Tak Bernoda sebagai tuan rumah.
17 Juli 2013 Rm. V. Teja
Anthara SCJ tiba di Belitang dan membantu melayani Paroki St. Maria Tak Bernoda.
Kehadiran romo V. Teja Anthara SCJ di Belitang sangat memang sangat dibutuhka
umat di Paroki ini. Rm. V. Teja Anthara SCJ yang sebelumnya berkarya di India.
Bagi Rm Teja Bertugas di Paroki St. Maria Tak Bernoda adalah pengalaman pertama
bertugas di Paroki. Karena sebelumnya belum pernah ditugaskan di paroki. Rm
Teja sangat intens dalam mendampingi keluarga-keluarga Katolik melalui seksi
Karasulan keluarga.
Pada Tgl 15 Agustus 2013
bersamaan dengan hari raya Maria diangkat ke Surga, Paroki St. Maria Tak Bernoda menjadi pelaksana
dalam Tahbisan Imam dan diakon di Keuskupan
agung palembang. Mereka yang ditahbiskan di paroki ini adalah:
Tahbisan Imam
1.
Fr.Diakon Anton
Liberto Pr (stasi Nusa Tunggal
Paroki St. Maria Tak Bernoda )
2.
Fr.
Diakon Gregorius Dedi Rusdianto SCJ (
Jogya )
3.
Fr.
Diakon Antonius Effendi SCJ( Jamb ).
4.
Fr.
Diakon Agustinus Sugiarno SCJ ( BK 9 )
5.
Fr.
Diakon Markus Apriono SCJ ( Tegalsari )
Tahbisan Diakon :
1.
Fr. Albertus Joni SCJ( Jambi ),
2.
Fr.
Andreas Nugroho Astomo Putra SCJ ( Pasang Surut ),
3.
Fr.
Andreas Budiyo, SCJ ( Kalirejo )
Pebruari
2015 Paroki St. Maria Tak Bernoda mendapat tambahan Pastor yaitu: Pastor OKI
SCJ yang sebelumnya bertugas di Papua yaitu Romo Antonius Suedi OKI Kuncoro SCJ.
Pada
Tahun 2015 ini Paroki merayakan peringatan 60 tahun diisi dengan berbagai
kegiatan dan perlombaan/pertandingan sepanjang tahun 2015 dan diakhiri dengan
puncak acara yaitu Misa Akbar dipimpin oleh Uskup Agung Mgr, Aloysius Sudarso
SCJ tgl 6 Desember 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar