VISI DAN MISI

VISI :

UMAT ALLAH PAROKI ST. MARIA TAK BERNODA BERCITA-CITA MEWUJUDKAN DIRI SEBAGAI MURID-MURID KRISTUS, YG DALAM TERANG ROH KUDUS, BERIMAN TANGGUH DAN MENDALAM, MANDIRI, MISIONER, MENJADI GARAM DAN TERANG, DITENGAH DAN BERSAMA MASYARAKAT, MEMBANGUN TATA KEHIDUPAN YANG DIJIWAI NILAI-NILAI KERAJAAN ALLAH

MISI :
  1. Umat Paroki St. Maria Tak Bernoda menanam dan menghidupkan kembali Dasar-dasar katolisitas
  2. Umat Paroki St. MariaTak Bernoda memperjuangkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
  3. Umat Paroki St. Maria Tak Bernoda menumbuhkan semangat missioner.
  4. Umat Paroki St. Maria Tak Bernoda merevitalisasi seksi-seksi pelayanan Pastoral.
  5. Membangun kemandirian Paroki

Minggu, 26 April 2015

SELAYANG PANDANG PAROKI ST. MARIA TAK BERNODA


1. Masa Perintisan

tahun 1954 Pastor Neilen di Belitang . Beliau tinggal di Gumawang dan sekaligus menjadi pastor tetap untuk pertama kalinya bagi daerah Belitang,tahun-tahun sebelumnya pastor yang datang ke Belitang sifatnya lebih aksidental .Rm. nailen mendapat simpati dari umat di Kumpulrejo dan Sidomakmur (BK  X) . Tahun 1954 pusat pemerintahan yang selalu ada di sekitar Sidomulyo dan sidodadi di pindahkan ke Gumawang . pada natal 1954 Rm .  Nailen membaptis sebanyak 37 orang I Mojosari . Dari antara orang-orang yang dibaptis tersebut berasal dari daerah Tegal rejo , Karang binangun dan Tumpang rejo .
Pada tahun 1954 ini perkembangan umat cukup lumayan . banyak umat dari sidomakmur ingin menjadi katolik , Neilen mengusahakan pembangunan kapel sendiri di sidomakmur . bulan maret 1955 kapel di sidomakmur sudah selesai dibangun , maka umat tidak harus pergi ke Mojosari untuk ke gereja . pada tanggal 25 mei 1955 Mgr. makkellholt datang untuk kedua kalinya ke Belitang dan menerimakan sakramen krisma kepada 100 orang .
Perkembangan Gumawang sebagai pusat daerah Belitang tak lepas dari perhatian Rm. Neilen . Beliau mendirikan /merencanakan  pembangunan sekolah . tahun 1955 beliau membangun dua ruang kelas seharga Rp 15.000. 
Pada saat itu juga Rm . Neilen telah mengadakan perundingan dengan para suster Fransiskan Pringsewu untuk datang ke Belitang , tetapi mereka tidak dapat memenuhi permintaan Rm. Neilen karena mereka berada di bawah Prefek Apostolik Tanjung Karang . Setelah itu Rm . Neilen mencoba menghubungi suster-suster Charitas untuk datang ke Belitang . Ajakan Rm .Neilen tersebut di tanggapi oleh para suster . Pada tahun 1955 ini Rm .  memutuskan untuk segera membangun kompleks Rs Charitas dan pastoran Gumawang . Tanggal 22 Febuari 1956 pembangunan Charitas di mulai bersamaan dengan pembangunan pastoran . Izin dari Lurah Tegalrejo turun pada tanggal 28 Mei 1956 . Tanggal 15 Agustus 1956 Rm . Neilen di haruskan untuk cuti oleh Uskup . sebagai pengganti Rm . Neilen di tunjuklah Rm . Bellemakers . Tanggal 26 september 1956 pusat Gereja berpindah ke Gumawang.

2. Masa Ramo Bellemakers SCJ

Rm. Bellemakers memulai karyanya di Gumawang pada tahun 1956. Karena mempunyai kapel maka pendopo befungsi sebagai kapel setiap hari Minggu sampai tahun 1958. Romo waktu itu sangat terbantu oleh Bapak Fx  Marthodiharjo yang begitu akrab dan aktif dalam karya pastoral. Pada saat itu muncul juga Bapak Wiryosuparto yang merupakan tokoh jema’at yang memulai karyanya dengan mendirikan Legio Maria (kebanyakan adalah para guru agama dan bersama dengan Rm. Bellemakers membuka daerah-daerah baru ) .
Pada hari raya paska 1957 beberapa orang dari Tulusayu di permandikan. dalam tahun ini ada beberapa seminaris. Daerah baru yang di rintis pada tahun ini yakni sidowaluyo oleh Bapak Samikun.
Pada tahun 1958 pembangunan gedung gereja di Gumawang di mulai. Surat permohonan gereja tersebut tertanggal 20 Februari 1958 dan izin dari pihak pezirah Marga Belitang tertanggal 11 maret 1958 . Gereja tersebut di berkati oleh Mgr. Mekkelholt pada tanggal 22 agustus 1958 dan gereja tesebut di persembahkan kepada Immaculata cordis santae Mariae ( santo Maria Tak Bernoda ) bersamaan dengan itu diterimakan sakramen penguatan untuk 98 umat . Pendopo yang lalu dipakai sebagai tempat berjamaat di jadikan asrama bagi para guru , antara lain : Bp Rasiman Bp. walyono , Bp. sukirman ( sekarang = Rm . Harimurtono SCJ ).
Tahun 1959 situasi agak stabil dan umat mengalami perkembangan . Legio maria mempunyai  anggota sebanyak 75 orang . Mereka ini sangat membantu karya pastoral pastor, terutama dalam kunjungan umat dan pengajaran agama karena kebanyakan  dari mereka adalah guru-guru agama katolik . Jumlah umat pada tanggal 1 juli 1959 tercatat sebanyak 750 orag .
Tanggal 31 maret 1960 turun izin dari pezirah Marga Hasan untuk memperbesar Gereja mengingat jumlah umat semakin bertambah . Di samping Gereja didirikan sebuah kapel permandian dalam bentuk menara kecil yang di lengkapi dengan sebuah lonceng . Pada hari raya Natal di permandikan beberapa orang dari Tumpangrejo dan tegalrejo . pada waktu atau  masa ini Bp. Suparto bertugas di karang Binangun , Tegalrejo , Sidomakmur , Sidowaluyo , Ganti Warno & beberapa daerah di BK IX . Pada masa ini berkembang pula karya-karya sosial dan politik . Tahun ini partai katolik berdiri dengan anggota sebanyak 250 orang ; berdiri pula PGK dengan anggotanya sebanyak 2 orang .
Tahun  1961 Gereja Gumawang dikunjungi oleh Mgr . JH . Soudant SCJ sembari menerimakan sakramen krisma untuk  184 orang . Orang yang  aktif memberikan bantuan tenaga kepada Pastor Bellemakers yakni : Bp. Wiryo suparto , Bp. m.Sugino dan  Bp . Supajoyo ( dari Mojosari sebagai katekis ).
Wiilayah Gerejawi Gumawang  meluas ke daerah Karangsari , Sumbersari , dan harjowinangun serta daerah Margorejo dan Petanggan BK XVI . Tahun ini pula umat di Karang Binangun semakin bertambah dan berniat membangun sebuah kapel sendiri secara bergotong-royong dan bantuan dari romo ; kapel tersebut di pergunakan pula untuk umat  dari wilayah Sidowaluyo.
Tahun 1962 , Gereja Gumawang meluas sayapnya ke arah timur , maka muncul daerah Kutosari ( Bp. Notosentono ) dan searah  nusa tunggal  ( dirintis oleh Bp. Sukindro- Lurah )
Tahun 1962 , umat Belitang menyambut pastor  baru , Pastor P.Y. Abdullah Hassan SCJ.
Bulan Maret 1963 Rm . Bellemakers SCJ pulang dari negeri belanda . akhir tahun 1963 gereja karang binangun selesai di bangun .
Bulan Agustus 1964 Mgr . Soudant memberikan sakramen krisma di daerah Karang Binangun dan Gumawang serta daerah sembungan Mojo sari dan daerah Rowobening  .
Bulan November 1964 datanglah Rm. Yotes untuk membantu karya pastoral Rm . Bellemakers dan Fr . Suripto yang mengadakan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) . Meskipun suhu politik memanas dan suasana di daerah Gumawang dan sekitarnya tegang ( G 30 S / PKI )Rm . Bellemakers tetap menjalankan karya pastoral seperti biasanya  . Ia mengharapkan agar umatnya memiliki keyakinan yang teguh dan tidak teracuni oleh ulah komunis .
Pemberontakan G 30 S / PKI membawa kegoncangan dalam Negara Indonesia . Hal tersebut juga menyangkut soal kehidupan beragama . Saat itu orang harus menentukan pilihan  untuk memeluk agama yang mana . jika tidak memeluk salah satu  agama mereka di katagorikan sebagai orang komunis . Situasi seperti ini di pahami benar oleh Rm .  Bellemakers , maka gereja  harus mengambil sikap .
Rm. Bellemakers meengambil keputusan untuk memperkuat barisan Gereja , terutama para guru agama dalam membina umat dan para katekumen . Untuk itu para guru dan anggota Legio di libatkan secara penuh . Mereka yang aktip dalam membantu para pastoral romo waktu atau masa G. 30 S/ PKI yakni : P. Slamet , P.Kastam dan Sumardi ( waktu itu masih magang ) berkarya di Nusa Tunggal dan Nusa Jaya ,Nusa Tenggara , Nusa Maju : Bp. Supodo dan Bp. Rasiman di Tegal Sari dan  Tanjung Kemuning . Tahun 1966 untuk seluruh Belitang ada 2.499 orang yang dipermandikan , termasuk orang-orang dari Nusa Tunggal dan Margo Mulyo.
Bulan  juni 1966 muncul daerah baru , yakni : Tegal Sari yang  meliputi Karang nongko dan Tanjung Kemuning  .Tahun ini pula  gereja Sidowaluyo ,Tanjung Beringin ( tegalsari ) dan Nusa Tunggal mulai mengusahakan tanah untuk mendirikan bangunan gereja . Pada saat ini memang ada harapan bahwa umat akan berkembang , terutama di daerah Nusa Maju , Margomulyo ,Nusa  Jaya dan Taraman .

3. Masa Romo Christianus Kalvenbang SCJ
          
 Sebelum masa Rm . Kalvenbang ( menjadi  pastor paroki Gumawang ) ada beberapa peristiwa penting berkaitan dengan kehidupan menggereja di Belitang :
Ø Rm . Kalvenbang SCJ mengambil alih tugas Rm . van koom SCJ di mojosari ; sedangkan Rm . van koom sendiri pindah ke Bangunsari dan dengan demikian Bangunsari di pisahkan dari Gumawang ( menjadi  paroki sendiri ).
Ø Bulan April 1970 Mojo Sari menjadi paroki tersendiri dengan romo paroki nya yakni Rm.Adreas Lukasik scj
Ø Pada awal 1971 wilayah BK XIV sampai dengan BK XX menjadi paroki sendiri dengan romo parokinya yaitu Rm. Van Lierap SCJ.

Pada awal 1972 situasi di Belitang , dan khususnya di Gumawang sedikit lain , perkembangan umat menurun bila di bandingkan dengan  tahun-tahun sebelumnya . Meskipun demikian ada daerah baru yang di buka / di rintis , yakni daerah  Karangsari BK XI dan Lebung Tanah Merah . Para katekis yang aktif : Bp Wiryosuparto , Bp.M. Sugino , Bp Sumardi ,dan Bp Harjotoruno di Nusa  Jaya . Para legioner sedikitnya mengalami hambatan dan kurang efektif karena peraturan yang ada . Pada masa Rm . Kalvenbang ini administrasi mulai di kelola sedemikan rupa ( kartu keluarga sudah ada di susun ) .
Pada akhir tahun 1972 , 400 orang transmigran di Way Hitam II ( margo Mulyo ) meninggal akibat situasi yang sungguh membuat para transmigran menderita . Kenyataan ini mendorong umat katolik di Gumawang untuk menjawab masalah-masalah atau tanda-tanda jaman. Oleh karena itu karya sosial mulai di giatkan . Bp Wahadi mulai mengorganisir dan mengarahkan kegiatan sosial tersebut . jaman ini terkenal dengan sebutan ’Jaman Bulgur ’ Kegiatan sosial ini pada mulanya berjalan dengan baik . Dalam perkembangannya perkembangan tersebut ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa kegiatan itu di katakan sebagai usaha kristenisasi . Kendati demikian sebenarnya para transmigran tidak tahu dari mana asal bulgur tersebut karena kegiatan yang bersifat sosial tersebut tidak pernah pakai bendera Katolik.
Pada jaman Rm . Kalvenbang ini Katekese berkembang dengan baik . Beberapa ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Legio Mariae merintis suatu pendekatan atau pendampingan bagi calon penggantin .Pendampingan inilah cikal-bakal munculnya KUPERPER ( kursus persiapan perkawinan ) yang dalam tahun-tahun diselenggarakan sebanyak 3 kali dalam setahun ( se-Dekanat BELITUGUBATU ) Kegiatan katekase lainnya yang ada lainnya yakni : mendalami peristiwa kesengsaraan Tuhan dengan mempergunakan proyektor . Pada akhir tahun biasanya diadakan kursus liturgi oleh team katekese untuk para pemuka jemaat dan ketua-ketua wilayah atau kring-kring.
Tahun 1973 daerah Talang Lingker (pandansari)mendapat perhatian yang lumayan . Bp Margono di tempatkan disana sebagai guru . di daerah ini dibeli  pula tanah untuk mendirikan kapel Pandansari.
Setelah situasinya normal dimulailah suatu penataan baru dalam hal-hal berkenaan dengan keparokian . Wilayah-wilayah di bagi menjadi 34 kring .
Tiap-tiap kring dilayani oleh 3 orang ; mereka bertugas dalam hal administrasi , doa-doa lingkungan . Untuk memberi bekal kepada mereka setiap tahun  di adakan penataran  dan atau pembekalan bagi ketua kring.
Berkaitan dengan pembangunan Gereja dalam arti fisik , tangal 24 febuari 1974 di mulailah pembangunan pastoran yang baru mengingat pastoran yang dibuat dalam masa Rm . Bellemakers sudah rapuh ; untuk sementara pasturan pindah ke pendopo.
Bulan maret 1974 ada 17 keluarga di Pujorahayu yang ingin menjadi Katolik . Oleh karena itu Bp Wiryo suparto di utus ke derah tersebut untuk  memberikan pengajaran agama . Dalam masa Rm . Kalvenbang ini pula di mulai juga kegiatan APP  dengan cara bekerja bergotong-royong dan hasilnya sebagai APP .
Menurut statistik pada bulan Nofember 1974 , umat poroki Gumawang berjumlah 4.057 orang . Masalah yang rumit dan sering dialami oleh pastor yakni berkaitan dengan perkawinan yang tidak baik / campur aduk .Pada masa itu para romo di tuduh pula sebagai  pelindung para Tapol ( tahanan politik ).
Tahun 1977 , pelayanan katekese di lakukan oleh : Bp M. Sugino , Bp Sumardi , Bp sudarmadi , bp walyono (karang binangun ) dan bp sodikin ( harjo mulyo ) . Jumlah umat 4.600 orang dan terbagi dalam 33 kring dengan 57 tempat pelajaran agama . Pada saat itu beberapa poliklinik suster di ambil alih oeh pemerintah . Tahun ini pula ada tahbisan imam, yakni Fr. hor siwiranto SCJ dan Fr . Budi winoto SCJ , tepatnya tanggal 21 April 1977. Pada bulan September 1977 keadaan para katekis di belitang mengalami perubahan . Bp Pujosemedi dari gumawang pindah ke tegalsari , Bp.v. suyono dari paroki Bangunsari pindah ke Gumawang , Bp Purwosaputro juga menjadi katekis untuk parroki Gumawang . Paroki Gumawang akhirnya membangun sebuah Gereja baru ( dengan perizinan sementara ) pada bulan Nopember 1977 . Situasi penggembalaan umat tidak banyak mengalami perubahan , maka pelayanan pastoral pun semakin mapan.
Statistik tahun itu menyatakan : jumlah umat sebanyak 4.600 orang . umat yang teratur pergi ke gereja sekitar 60 % , yang kurang teratur sekitar 20 % , selebihnya ( sekitar 20 % ) hampir hilang ( umumnya karena soal atau masalah perkawinan ) . Tempat untuk merayakan ekaristi ada 10 tempat . Pada waktu itu banyak umat yang pindah ke Lampung ataupun daerah tegalsari karena tanah yang mereka tempati tidak banyak memberikan harapan akan kesejahteraan . Kegiatan para suster di bidang kesehatan pun mengalami kemunduran karena banyak poliklinik yang di ambil alih oleh pemerintah .
Tahun 1978 pembangunan gereja baru dalam tahap penyelesaian . Pada perayaan Pentakosta 14 Mei 1978 , batu altar dari gereja yang lama dipindahkan ke bangunan gereja yang baru . Pada awal Mei 1978 Rm .Kolvenbang SCJ mengalami kecelakaan ( mobil menabrak anak dan meninggal,Bp Thomas harus masuk tahanan selama 17 hari ).
Setelah bangunan gereja yang baru selesai , bangunan gereja yang lama di bakar dan kayu-kayunya di pergunakan untuk membangun gereja di daerah atau stasi nusa tunggal    (agustus 1978-1979) dengan suadaya umat dan bantuan dari beberapa donatur.
Pada akhir 1980 Rm. Kalvenbang SCJ mendapat tugas baru ,                             yakni : di seminari St , Paulus palembang . Dengan demikian selesailah karya beliau di Daerah Belitang dan khususnya di paroki St .Maria tak bernoda Gumawang.


4 . Masa Pastor A.J Bontje SCJ (1979-1991 )

secara garis besar pada masa Rm . Bontje menjabat sebagai pastor paroki dapat kami rumuskan sebagai berikut :
Prioritas pelayanan : Pelayanan dibidang liturgi oleh Kominasi Katekese bidang kitab suci ; banyak
 terjun dan praktek ke lapangan / wilayah
Dewan paroki          : Gabungan , terdiri dari beberapa orang yang di percaya sebagai koordinator , yakni Bp Bernarto , Bp maryono , dan Bp Maryoto. 
Romo Bontje dikenal sebagai romo yang banyak membantu anak-anak untuk sekolah terutama
 adalah di SPG Xaverius pada waktu itu.                      
Pada waktu Romo Bontje kembali ke Negeri Belanda , kekosongan di atasi dengan datangnya Pastor A. Madya Sriyanto , SCJ ( sementara )


5 . Masa Pastor G . Marwoto , SCJ ( 1991- 1995 )
secara garisbesar , program yang di laksanan pada waktu Romo G. Marwoto menjadi pastor paroki sebagai berikut :
Prioritas pelayanan : mencanangkan ide paroki mandiri ; Visi gereja mandiri disosialisasikan ke stasi-stasi atau wilayah-wilayah .
Prioritas Mandiri :
-     Dana ( swadaya )
-          Sukarelawan-sukarelawati ( untuk pelayanan pastoral )

-          Mengkoordinir kelompok-kelompok kotegorial



Katekese : 
-          Pendewasaan iman umat
-          Mencari ,membekali dan membuat trampil para katekis akar rumput
Kesaksian :
Mencari kader-kader sosial politik dengan cara kaderisasi para tokoh / pamong .
    Waktu itu pastor G. Marwoto dibantu oleh Pastor Agung Pr. Frater yang menjalani TOP yakni Fr . Purwanto , SCJ .Karena Rm. Agung di pindah ke tempat lain , maka Rm . Marwoto di bantu oleh Rm .Kristianto./ Pr.

Dewan Paroki :
Bp .H. Maryoto dan Bp. P. Suwarjo .
Tahun 1994 umat Poroki Gumawang merayakan pesta 40 tahun Gereja Paroki St .Maria Tak Bernoda Gumawang .  

6 . Masa Pastor Ambar Dwi Handono , SCJ( 1995-1996 )
pada masa pastor Ambar Dwi Handono menjadi romo paroki , karena pastor kristianto Pr pindah tugas ke Bangunsari ( BK III ) , Maka datanglah Pastor Aegidius Warsito , SCJ. Ke Gumawang sebagai pastor pembantu . yang bertindak sebagai dewan paroki yakni : Bp .P. Suwarjo , dan  Bp. Y.Sudiyono.
mengenai prioritas pelayanan melanjutkan program atau pelayanan dari pastor sebelumnya . Pada masa Romo Ambar menjadi pastor paroki , balai paroki mulai di bangun ( namun belum selesai ).

7. Masa Pastor Thomas Bhakti Dwi Prabowo ,SCJ ( 1996 – 2001 )
pada masa Rm. Bhakti menjadi pastor paroki pada mulanya ia di bantu oleh pastor Aegidius warjito .SCJ, Namun tak lama kemudian ( karena alasan yang sangat logis ) pastor Aegidius Warjito di pindah tugaskan ke Paroki St . Yohanes Bengkulu . sebagai pengganti pastor Aegidius Warjito , SCJ. Datanglah pastor FX .Priyo Widarto . SCJ .
Mengenai prioritas pelayanan dapat dikatakan sama dan merata , meliputi semua aspek / bidang-bidang pastoral parokial maupun kategorial yang perrlu di catat dalam hal ini yakni : bahwa semua bidang pelayanan yang dilakukan atau di laksanakan / diprogramkan kelihatan mulai teratur dan berjalan dengan baik , kendati masih ada atau ditemukan adanya kejanggalan atau kebijakan yang terasa membebani semua pihak.
Selain pelayanan yang bersifat rohani, perbaikan-perbaikan atau pembaharuan dan atau pembangunan fisik mulai kelihatan hasilnya, antara lain kapel-kapel di wilayah Pandansari dan Jayamulya. Lingkungan sekitar pastoran juga mulai diperindah penampilannya.

Adapun yang menjadi dewan paroki yakni :
a. Bpk. P. Suwarjo dan wakilnya Bpk. Y. Sudiyoono (1995-1998)
b. Bpk. P. Hartanto dan wakilnya Bpk. Djoko Dwi Purnomo (1998-2001) 
 
                                                                                  
Pada masa penggembalaan pastor Bhakti, gebrakan demi gebrakan dilakukan oleh pastor Bhakti. Lingkungan pasturan mulai diperindah, yaitu dengan membangun pagar gereja. Kegiatan menggereja sangat mendapat prioritas yaitu memekarkan stasi dengan menjadi beberapa kring (lingkungan ). Berkaitan dengan kemandirian umat, kemandirian gereja, mulai bersosialisasi baik lewat kotbah dalam misa maupun rapat dewan harian dan dewan inti. Masalah yang diatasi antara lain : berkaitan dengan kolekte yang waktu itu masih maraknya umat katolik dengan uang merah (Rp. 100,-). Pastor Bhakti menandaskan sudah tidak jamannya lagi umat menderma kepada Tuhan dengan uang Rp. 100,-. Dan ternyata membawa dampak yang positif. Kolekte yang semula berkisar Rp. 80.000 – Rp. 100.000, melonjak tajam menjadi Rp. 180.000 – Rp. 250.000. untuk sekali misa kudus.

- Gebrakan kedua yang dilakukan oleh pastor Bhakti adalah munculnya kartu persembahan. Tujuannya menyadarkan umat menuju gereja yang mandiri swadana. Hal yang sangat dirasakan umat, dengan semangat tahbisannya membawa sifat umat menjadi mandiri. Kartu persembahan di buka setiap 3 tahun sekali yang dirasakan umat.

- Gebrakan ketiga. Pastor Bhakti tergerak hatinya untuk menampung PR yang ditinggalkan oleh mantan Pastor Ambar, yaitu merampungkan bangunan Balai Paroki. Berbagai cara ditempuh oleh Pastor Bhakti agar Balai Paroki bisa selesai dibangun. Balai Paroki bisa selesai dengan baik, berkat kerja sama yang baik seluruh umat, dibantu oleh para dewan pastoral waktu itu yang dikendalikan oleh Bapak P. Suwarjo dan Bapak Sudiyono. Kemudian dilanjutkan dengan dewan pastoral yang baru yaitu ketua P. Hartanto, wakil Bpk. Joko Dwi P.
- pada tahun 2001 Pastor Bhakti harus meninggalkan Belitang jauh dipindah tugaskan ke Jambi. Selamat jalan pastor tercinta, tugas baru telah menunggu Pastor yang dikenal sebagai pastor yang selalu dekat dengan jemaatnya. Semoga pastor cepat krasan dan jangan lupa jemaat di Belitang.

8. Masa Pastor Joseph K. SCJ. (2001 – s.d 2007)
kebijakan yang dilakukan oleh pastor yoseph, meneruskan apa yang sudah pernah dibuat oleh Pastor Bhakti. Pada masa kepemimpinan Pastor Yoseph dibantu oleh Pastor B.Mulyono SCJ. Yang berkarya di Paroki St. Maria Tak Bernoda mulai bulan November 2002 s.d. Juni 2005. Selama bertugas di Belitang dikenal sebagai gembala yang ramah, supel dan cerdas. Beliau berpenampilan sangat sederhana dan sangat rendah hati. Namun karena penampilannya yang rendah hati inilah beliau oleh atasannya dikirim untuk mendampingi para novis di Gisting. Selain pastor B.Mulyono juga hadir bersama umat Pastor F.Poling SCJ. Yang berkarya di Belitang mulai Januari 2002 s.d. Mei 2005. pastor yang satu ini dikenal sebagai pastor / imam muda yang sangat dekat dengan kaula muda, dan pastor yang satu ini dikenal sangat lugu dan berpenampilan sangat sederhana, tetapi sangat bersahaja. Beliau tidak lama bersama umat di Belitang, karena Paroki St.Yohanes Bengkulu membutuhkan kehadirannya. Selamat jalan romo semoga krasan di tempat tugas yang baru, yang tidak kalah penting dicatat oleh sejarah bahwa di paroki St. Maria Tak Bernoda pernah hadir pastor yang sangat pandai, ganteng dan pintar berkhotbah. Beliau adalah pastor Windiarto SCJ. Yang bertugas di paroki ini mulai bulan Juli 2005 s.d. Januari 2006, kemudian beliau oleh provinsialnya dipindahkan ke keuskupan Timika, untuk mengemban tugas baru sebagai pastor di Timika..
Pada masa kepemimpinan pastor Yoseph K. banyak kegiatan pastoral yang dilakukannya yaitu pemekaran stasi pasik dan dibangun kapel yang sangat baik, di stasi pasik dengan pelindung St. Fransiskus Asisi, selain itu dibangun kapel lingkungan St. Lukas Lebung. Juga dibangun stasi kampung baru yang tidak kalah penting di kompleks pasturan dibangun kamar para pastor, koster dan dapur umum. Karena beliau bekerja sendirian maka mulai April 2006 pastor Yoseph ditemani oleh pastor Titus SCJ. Pastor yang dikenal dekat dengan umat dan khotbah-khotbahnya banyak menyentuh umat. Pastor Yoseph juga dibantu oleh Dewan Pastoral tahun 2001 – 2004 dengan ketua Bapak Drs. HM. Maryono serta didampingi oleh Bapak P. Hartanto. Program Dewan Pastoral ini menjual aset paroki yang berupa sapi gaduhan, alasannya sapi tidak berkembang, tetapi modal berkurang. Kemudian dilanjutkan oleh Dewan Pastoral masa bakti 2004 – s.d 2007 dibawah kepemimpinan bapak P. Hartanto didampingi oleh Ig. Pratikto. Program-programnya mengacu pada paroki yang mandiri. Selain itu mewujudkan pesta  emas paroki St. Maria Tak Bernoda.
Tahun 2005 Paroki St. Maria TakBernoda merayakan pesta emas Paproki ( 50 Th ).


9. Masa Rm Felix Astono SCJ ( 2007 – 2012 )
Pada masa ini Arah Dasar Paroki mulai diarahkan sesuai dengan hasil sinode Keuskupan Agung Palembang. Paroki telah menetapkan visi dan Misi yang mengacu pada Visi dan Misi Keuskupan. DPP mengadakan sosialisasi terhadap visi dan Misi Paroki ke stasi-stasi. Kehadiran Rm.Joko Susilo SCJ. Sangat membantu terutama pastoral bagi kaum muda/ OMK. Ditambah juga Rm. Suryo Widyohening, SCJ. Yang sangat intens mendampingi KAR ( Katekis Akar Rumput ). Romo Januari Romo Joko Susilo SCJ meninggalkan Belitang dan mendapat tugas yang Baru di Gisting. Dan sebagai pengantinya adalah Rm. Petrus Suharjono, SCJ yang sebeumnya bertugas di Gisting ( tukar tempat dgn Rm Joko Susillo ). Tdk lama kemudian Rm. Suryo Widyohening SCJ dipindah tugas di Lampung ( di Tulang Bawang ) sebagai penggantinya adalah Rm. Alb. Suryadi SCJ. Khadiran Romo Yadi membangkitkan kembalu gairah kaum muda Paroki.
Tanggal 5 Maret 2011 Bapa Uskup mengadakan pertemuan dengan DPP memperkenalkan kehadiran Rm. Stefanus Endro Karyanto SCJ yang akan menggantikan Rm. Felix. Astono SCJ.
Sebelumnya Rm. Stefanus Endro karyanto, SCJ bertugas di Jakarta dan Romo Felis Astono Atmojo SCJ bertugas di Keuskupan yang kemudian diangkat menjadi Vikjen Keuskupan Agung Palembang.
30 Juni – 3 Juli 2011 diadakan Porseni OMK Dekenat II dan Paroki St. Maria Tak Bernoda menjadi tuan rumah.
Mengacu pada  Pedoman Pastoral Paroki, maka diadakan pemekaran stasi dan lingkungan antara lain lingkungan Markus yang merupakan pemekaran dari lingkungan Mikael Tulus ayu, Lingkungan Robertus  sebagai pemekaran dari lingkungan Thomas.
Pada masa ini Peran serta umat dalam pelayanan mendapat perhatian khusus, sehingga dibentuklah prodiakon-prodiakon disetiap stasi. Pada masa ini yang menjadi Ketua Dewan Pastoral adalah Bp. H. Wardaya dan sebagai wakil ketua adalah Bp. P. Hartanto hasil pemilihan untuk periode 2010 -2013


10. Rm. Stefanus Endro Karyanto, SCJ ( 2011 - 2013 )
Kehadiran Romo Stefanus Endro Karyanto SCJ sebagai Pastor Paroki terbilang singkat. Pastor Endro Karyanto menekankan pada kemandirian tenaga, sarana dan prasrana. Maka Romo Endro sangat menekankan bahwa setiap stasi harus punya peralatan misa sendiri.



11. Rm. Paulus Sarmono SCJ ( 2013 – sekarang )
Bulan Januari 2013 Romo Paulus Sarmono secara resmi menggantikan Rm. Stefanus Endro Karyanto sebagai Pastor Paroki. Kehadiran Romo Paulus Sarmono memberi harapan baru bagi umat Paroki St. Maria Tak Bernoda . Sebelumnya Pastor paulus Sarmono bertugas di Paroki St. Stefanus Bidara China jatinegara.
Romo Paulus Sarmono dibantu oleh 2 romo yaitu. Rm.Petrus Suharjono SCJ dan Rm. Alb. Suryadi.
Tak lama kemudian Rm. Alb Suryadi mendapat tugas baru dan meninggalkan Belitang, serta disusul oleh Romo. P. Suharjono juga mendapat tugas baru dan meninggalkan Belitang. Maka untuk beberapa saat di Paroki St. Maria Tak benoda hanya dilyani oleh Romo Paulus       
Pada Tahun ini diadakan pemilihan Pengurus DPP dan yang terpilih sebagai Ketua DPP adalah Bp. B. Andang Prihanto, Wakil Ketua Bapak. Paulus Sumarno, Sekretaris Bp. Stefanus Aryanto dan Bendahara Bapak. Pirmanto.
Pastor Paulus Sarmono memiliki semangat berkebun dan pembangunan yang kuat. Hal ni telah ditunjukkan dengan pemberdayaan dan rehab gedung Balai Paroki, Pastoran, toko Rohani Paroki dan pengolahan kebun serta Pembuatan pupuk Organik. Pastor Paulus Sarmono menaruh perhatian besar terhadap pemberdayaan ekonomi umat.
Tanggal 8 Maret 2013 dimulailah renovasi gedung Pastoran dan selesai pada bulan Juli 2013.
Tanggal 14 April 2013 diadakan perayaan syukur 90 th Prefektur Apostolik Bengkulu, 40 Tahun Imamat Uskup Agung Al. Sudarso SCJ dan 10 tahun Keuskupan Agung Palembang. Diikuti oleh seluruh umat dari 5 paroki yaitu; paroki Mojosari, Bangunsari, Tegalsari, Tugumulyo OKI dan St. Maria Tak Bernoda sebagai tuan rumah.
17 Juli 2013 Rm. V. Teja Anthara SCJ tiba di Belitang dan membantu melayani Paroki St. Maria Tak Bernoda. Kehadiran romo V. Teja Anthara SCJ di Belitang sangat memang sangat dibutuhka umat di Paroki ini. Rm. V. Teja Anthara SCJ yang sebelumnya berkarya di India. Bagi Rm Teja Bertugas di Paroki St. Maria Tak Bernoda adalah pengalaman pertama bertugas di Paroki. Karena sebelumnya belum pernah ditugaskan di paroki. Rm Teja sangat intens dalam mendampingi keluarga-keluarga Katolik melalui seksi Karasulan keluarga.
Pada Tgl 15 Agustus 2013 bersamaan dengan hari raya Maria diangkat ke Surga,  Paroki St. Maria Tak Bernoda menjadi pelaksana dalam Tahbisan Imam dan diakon  di Keuskupan agung palembang. Mereka yang ditahbiskan di paroki ini adalah:
Tahbisan Imam
1.       Fr.Diakon  Anton  Liberto Pr (stasi  Nusa Tunggal Paroki St. Maria Tak Bernoda )  
2.       Fr. Diakon Gregorius  Dedi Rusdianto SCJ ( Jogya )
3.       Fr. Diakon Antonius Effendi  SCJ( Jamb ).
4.       Fr. Diakon Agustinus Sugiarno SCJ ( BK 9 )
5.       Fr. Diakon Markus Apriono SCJ ( Tegalsari )
 Tahbisan Diakon :
1.       Fr.  Albertus  Joni SCJ( Jambi ),
2.       Fr. Andreas Nugroho Astomo Putra SCJ ( Pasang Surut ),
3.       Fr. Andreas Budiyo, SCJ ( Kalirejo )  

Pebruari 2015 Paroki St. Maria Tak Bernoda mendapat tambahan Pastor yaitu: Pastor OKI SCJ yang sebelumnya bertugas di Papua yaitu Romo Antonius Suedi OKI Kuncoro SCJ.
Pada Tahun 2015 ini Paroki merayakan peringatan 60 tahun diisi dengan berbagai kegiatan dan perlombaan/pertandingan sepanjang tahun 2015 dan diakhiri dengan puncak acara yaitu Misa Akbar dipimpin oleh Uskup Agung Mgr, Aloysius Sudarso SCJ tgl 6 Desember 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar